Aku mempercepat langkah menuju imigrasi. Sepertinya imigrasi mulai padat, terlihat dari beberapa hotel bus yang berhenti di dekat perbatasan. Kondisi hari ini cukup ramai, tak hanya pelancong tetapi warga lokal yang senantiasa menjajakan jualannya. Sebenernya, sarapan adalah pilihan utama saat itu, tetapi karena menu makanan menggunakan bahasa cacing, aku mengurungkan niatku.
Sesampainya di depan imigrasi Kamboja yang sangat-sangat sederhana macam warung tegal (lengkap dengan kipas angin, kursi plastik, dan meja kayu) aku lalu mengecap paspor dan mendapatkan izin keluar dari Kamboja. Nah kerennya, di perbatasan antara Kamboja dan Thailand terdapat beberapa casino. Banyak pelancong yang menghabiskan uangnya disini, terutama bule. Aku mewajari saja karena mata uang mereka yang kuat dibanding negara-negara Asia Tenggara.
Disini, semakin terlihat perbedaan antara Kamboja dan Thailand. Saat memasuki imigrasi Thailand, aku disuguhkan dengan pemandangan indah dan gedung imigrasi yang terawat. Setelah melewati imigrasi dari Thailand pun, langsung disambut oleh cafe dan beberapa fast food. Beda sekali dengan imigrasi Kamboja yang hanya menyediakan pedagang kaki lima yang menggunakan bahasa Kamboja–yang tentu saja aku tak mengerti.
Kereta api dari kota Araphanyet (sekitar 1 kilometer dari perbatasan) telah menunggu. Aku segera mencari tuk-tuk untuk menuju ke stasiun. Perjalanan melintasi Thailand akan dimulai menggunakan kereta ekonomi yang sama persis dengan kereta Ekonomi antar Jawa pada beberapa tahun silam. Tak ada AC, hanya jendela yang terbuka lebar. Merokok di izinkan didalam gerbong. WC yang seadanya, dan yang paling keren: masih diberlakukan tiket berdiri. Congrats untuk kamu yang berdiri!
Songkran. Hal itu lah yang membuatku kembali ke Thailand. Kebetulan banyak hal yang sudah kucoba dan kutulis tentang Negara Gajah Putih ini. Tetapi apa daya, pesona festival air seakan menarikku untuk datang kembali kesini.
Setelah hampir 7 jam duduk diatas gerbong kereta yang panas, pukul 8 malam akhirnya aku tiba di stasiun Hua Lamphong. Hua Lamphong adalah salah satu stasiun sentral untuk jalur kereta api di kota Bangkok. Dari sana, aku mencari jalur bus umum untuk menuju Ekkamai Bus Station. Dari Ekkamai Bus Station aku dapat mengambil tiket bus menuju Pattaya.
Setelah beberapa kali salah bus, akhirnya aku tiba di Ekkamai dan memesan tiket untuk ke Pattaya. Waktu itu sudah pukul 10 malam, dan aku masih di Bangkok. Benar juga, aku tiba di Pattaya pukul setengah satu dini hari.